Mematut diri di depan cermin yang teramat besar.
Melihat sesosok gadis yang terpantul di cermin dengan balutan jilbab warna
abu-abu.
“Apakah kau memang menciptakanku seperti ini agar aku
selalu bersyukur padaMu, Ya Gusti Pangeran?. Aku tak secantik teman-temanku,
namun aku berharap kau menciptakan hati yang cantik untukku, menciptakan aku
sebagai pribadi yang baik”
Refleksi diri
Pernahkah kita sejenak mematut diri kita kita di depan
cermin dan melakukan introspeksi terhadap diri kita? Apa yang ada di cermin itu
hanya refleksi bayangan diri kita secara fisik. Hati, sesuatu yang ada di dalam
sanalah yang merefleksikan diri kita sebenarnya. Mata, merefleksikan apa yang
kita sebenarnya ucapkan. Tingkah laku, merefleksikan kepribadian (terkadang).
Namun, pada beberapa orang, mereka dengan sempurna
mampu menutupi tingkah laku mereka yang sebenarnya. Baik di depan dan buruk di
belakang. Ketahuilah, semakin lama, apa yang ditutupi itu akan semakin terlihat
nantinya. Cobalah untuk menjadi pribadi yang apa adanya, jujur dalam bertutur
kata dan baik dalam bertingkah laku. “itu terlalu lugu namanya”. LUGU??
Mampulah untuk membedakan antara LUGU dan JUJUR, bukankah perbedannya cukup
jauh. Ada kalanya kita perlu menutupi sesuatu yang tidak patut untuk
di”publikasikan”, namun tidak berarti pula kita harus menjadi sosok yang selalu
jujur.
Introspeksi itu hal yang sangat mudah sebenarnya, yang
sulit itu adalah memunculkan kemauan untuk memperbaiki kesalahan dan menutupi
kekurangan yang tidak sepatutnya. Jadi, cobalah untuk mematut diri di depan
cermin, sebelum tidur, kalau tidak ada cermin ingatlah apa yang sudah dilakukan
hari ini, apakah ada hal yang tidak baik yang terjadi, apakah hari ini telah
menyakiti orang lain, atau apakah hari ini Anda telah membuang wajtu percuma
dan tidak menghasilkan apapun.
Insya Allah, Anda bisa menjadi pribadi yang lebih
baik.
Keep Your Mind Wide Open
Pernah gak sih, Anda sekalian bertemu dengan orang
selalu berpikiran sempit dan selalu berpikiran negative terhadap semua hal yang
terjadi pada dirinya maupun orang lain. Atau mungkin Anda salah satunya?
Hehehehe….maaf jiika ada yang tidak tersinggung, tidak ada maksud :D
Saya pernah bertemu dengan orang seperti itu, bahkan
saya sempat di..uhm..istilahnya diapakan ya..mungkin sedikit di su’udzoni.
Ya,,, istilah itu mungkin lebih tepat. Bukan maksud mau menjelekkan dia atau
bagaimana, karena saya sebenarnya juga tidak terlalu mengenal dia. Hanya
beberapa kali kita berinteraksi.
Banyak hal yang bisa saya pelajari dari pertemuan
singkat saya dengan dia. Dia hampir setiap waktu mengeluh tentang apa yang
menimpa dirinya. Dia selalu mengambil satu sudut pandang, ya dari dirinya
sendiri. Dari situ saya belajar untuk tidak terlalu mengeluh, karena saya tahu,
itu adalah salah satu jalan cerita Tuhan yang harus saya perankan.
Kemudian, diwaktu yang berbeda saya bertemu dengan
orang yang selalu saja ber’negatif’ thinking dengan segala hal. Awalnya saya
juga pernah seperti itu, tapi setekah bertemu dengan oran itu, saya tahu bahwa
bernegatif thinking akan membawa dampak negative juga pada diri kita
sendiri. Dan ya..tak lama kemudian, apa
yang selalu di’negative’ thinking kan oleh dirinya berimbas pada dirinya
sendiri. Menyedihkan, tapi juga kasihan. Tak ada salahnya kita bernegative
thinking, tapi bukankah akan lebih baik jika kita berpositive thinking setelah
bernegatif thinking (bahasane ribet men to. -___-). Ya..jika kita mampu
berpositive thinking, maka Insya Alloh, hal-hal yang positive juga akan datang
pada kita.
Nah, yang satu orang lagi ini, pikirannya
sempiiiiiiiiiiiiiiiitttttttttttttt buangeeetttt…. Gimana enggak,
sedikit-sedikit dia menyimpulkan A, atau menyimpulkan B. Tapi apa?? Dia hanya
bisa stuck di tempat karena pikirannya sempit. Dia gak pernah mau mendengarkan
nasihat yang sebenarnya baik buat dia, semua dia simpulkan sendiri tanpa pikir
panjang, jangankan pikir panjang, kalau menurut dia Daun yang jatuh karena
angin adalah takdir, ya sudah maka itu takdir. Tak sedkitpun ia berpikir bahwa
angin yang menggugurkan daun juga ada alasannya, supaya daun yang baru dapat
tumbuh kembali, atau supaya para pejalan kaki melihat dengan senang banyak daun
yang berguguran dengan indahnya. (apa ini apaaaaa).
Mengeluh, negative thinking, dan berpikiran sempit/
dangkal. Apa untungnya bagi kita sih punya hal-hal itu dalam diri kita, gak
ada, sama sekali gak ada. Mengeluh akan membuat kita lupa bersyukur, negative
thinking membawa dampak negative pada diri kita, dan berpikiran sempit hanya
akan kita membuat percaya pada hal yang itu-itu saja, gak ada perkembangan pada
cara berpikir kita, dan yang lebih parah, kita akan sulit menjadi dewasa.
Cerita ketiga diatas, sebenarnya pengantar yang tidak jelas hehehehe… namun,
saya hanya ingin menyampaikan bahwa ketiga sifat itu tak ubahnya penyakit hati
yang mesti dihindari, yang hanya akan membuat kita tidak bisa berprasangka baik
pada Alloh. Bayangkan, berprasangka baik pada Alloh saja tidak mampu apalagi
sama diri sendiri dan orang-orang sekitar.
Yaaa….semoga tulisan ini bermanfaat, saya hanya ingin
melepaskan apa yang ada dikepala saya, keburu kebawa angin, entar malah hilang
entah kemana. ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar