WELCOME TO MY WORLD

Baca, Bayangkan dan Jangan Dihayati Dalam-dalam

Jumat, 07 November 2014

Tinggi, kurus, rambut pendek, jari yang panjang, tawa yang lebar, kaki yang melangkah lebih jauh dari siapapun, pemalu, narsis, setia kawan, rival, punggung yang lebar, otak yang pintar, pandai bicara namun tidak dengan urusan hati, sedikit ceroboh, genit, ndlolor, ragu-ragu, kagetan, pemalas, rajin, having bad hand writing, no caterpillar, punya mantan yang cantik dan pinter-pinter, sok serius, gak romantis, doesn't like for having such long chatting, gak aktif di sosmed kecuali WhatsApp, konyol,  dan banyak lainnya yang tak bisa aku tuliskan tentangmu... dan jatuh cinta padamu, diam-diam seperti ini, membuatku berpikir, kapan kau akan mengalihkan pandanganmu padaku, memberikan waktu pada hatimu untuk bertanya "Apa ada seseorang disana yang dengan tulus menungguku?",

Aku masih ingin menunggu, sampai kau temukan jawaban, tentang siapa yang sedang menunggumu...

-

Lama banget gak buka dan yang nangkring di timeline waktu pertama kali buka adalha note yang ditulis oleh temanku. Kata-katanya begitu lepas,, lugas,, dan mungkin pas mengena di hati jika dibaca oleh orang yang kebetulan menjadi inspirasi tulisannya.

Aku berandai-andai jika aku bisa menuangkan semua perasaanku, sama seperti yang dilakukannya. Dituangkan dalam rangkaian kata yang indah, lugas dan kalau kata Princess Syahrini "terpampang nyata". Namun, hanya lewat blog ini aku bisa mencurahkan semuanya padamu. Jujur aku mengagumi bagaimana cara dia menuliskan semua tentang kesayangan, mantan atau sahabatnya dan itu nyata apa adanya.

Banyak tulisan lawasnya yang sesekali membuatku ingat akan dirimu. Dirimu yang jauh disana, yang entah sekarang bagaimana kabarnya karena tak setiap hari aku bertanya kabar, dan karena tak setiap waktu aku sanggup memulainya. Tulisan lawasnya membuatku berimajinasi seolah aku memainkan peran dalam rangakain katanya. Mungkin aku akan mencobanya, mengejawantahkan setiap rasa yang menggebu padamu, yang tak sempat terucap, yang tak sempat kau tahu, yang tak sempat kau pahami.

Rabu, 09 Juli 2014

Diasingkan dan Terasingkan

Entah apa yang ada di otak saya ketika menuliskan dua kata tersebut. Bagi yang nilai bahasanya menengah ke atas pasti tahu perbedaan arti dari kata tersebut. Kali ini saya akan mendeskripsikan dua kata tersebut dengan kenyataan yang sedang saya hadapi.

Mulai dari kata "diasingkan", mungkin cerita ini terdengar kejam atau mungkin sedikit berlebihan, tapi beginilah adanya. Saya sampai sekarang masih menggantungkan hidup dan penghasilan kecil-kecilan dari sebuah lembaga bimbingan belajar tempat saya bernaung. Anda tahu, penghasilan yang bisa dibilang tidak menentu setiap bulannya dan jujur saya lelah. Namun, itulah hal yang bisa saya lakukan sambil menunggu jadwal kuliah pascasarjana bulan September nanti. Selain itu saya mencoba mencari beasiswa yang bisa meringankan biaya pendidikan saya, namun sayang, beasiswa yang saya ajukan ternyata hanya terbatas bagi beberapa universitas negeri di Indonesia. Dari sekian universitas, universitas dimana saya akan kuliah lagi ternyata program studinya tidak termasuk dalam rekomendasi program studi yang mendapat beasiswa. Kecewa. Dan di saat yang sama, Ibu berkata "Itu yang di luar jawa, kan ada to program studinya". Aku kaget. Di luar jawa? Selama 2 tahun? Bukankah secara tidak langsung aku diasingkan. Lebay? Biarlah... tapi memang itu adanya, universitas yang memiliki program studi itu memang ada di luar jawa. Tujuan dari mendapatkan beasiswa itu sudah jelas, supaya setelah lulus bisa jadi dosen, jelas outputnya. Dan aku??? Aku hanya gamang, diam.. it means my mother 'exiles' me. Exiles? Oh whatever it is. Lalu aku harus bagaimana jika begini, ada tawaran yang menggiurkan, tapi di luar jawa. Jujur, aku tidak sanggup jika harus pergi ke luar jawa. Aaaarrggghhh.... dan aku putuskan, mari mencari beasiswa lain dulu.
Makna diasingkan yang berikutnya adalah saat seseorang tersebut melakukan suatu hal memalukan atau cenderung membawa dampak negatif bagi orang di sekitarnya sehingga dia diasingkan dari orang-orang di sekitarnya. 
Dari dua kata "diasingkan" tersebut, yang kedua untungnya saya belum merasakannya. 

Beralih ke kata berikutnya,  "'terasingkan". Menurut saya, kata ini memiliki 'level' yang lebih tinggi daripada yang pertama. Mengapa? Karena ini datangnya dari dalam diri, yaitu perasaan dimana seseorang merasa diasingkan. Akibat dari diasingkan adalah seseorang akan merasa dirinya terasingkan dari orang lain ataupun orang terdekatnya (pendapat pribadi). Bagi yang punya pendapat lain, silahkan...
Sepertinya saya akan merasa terasingkan dengan kondisi saya yang seperti ini. Seorang pengajar dengan gaji pas-pasan bergumul diantara orang-orang yang memiliki bibir yang nyinyir dan orang tua yang memiliki telinga sangat sensitif jika orang lain membicarakan anaknya. Aku bersyukur memiliki kedua orang tua yang kritis dan telinga super sensitif, itulah yang membuat mereka selalu mendukung anak-anaknya untuk mendapatkan yang terbaik. Namun, mulai dari situ pula aku mulai merasa terasingkan di keluarga sendiri. Terasingkan bukan karena diasingkan, tetapi lebih kepada saya belum bisa memenuhi keinginan orang tua saya. Saya masih terlalu gamang, dan yap.. saya kurang berambisi jika apa yang ingin saya dicapai sudah jelas tidak memungkinkan. Ambisi itu akan lenyap...dan bila ada pihak yang masih memaksa, jatuhlah saya semakin dalam.

Intinya, saya benar-benar terasingkan sekarang, karena mulai diasingkan...

Rabu, 23 April 2014

Dear You (Kutipan)

Aku kehilangan...eh maksudnya buku tebal yang isinya bagus itu dipinjam dan sampai sekarang belum kembali, alhasil aku buka tumblr dan menemukan masih ada beberapa rajutan kalimat-kalimat indah milik sang penulis, Moammar Emka. Ada yang mengutip beberapa dari rajutan kalimat manis itu, dan mencamtumkan nomer halamanya. Dan kali ini akan aku kutip beberapa diantaranya (semoga nomer halamannya benar)

Halaman 52
Dear You,
Kala gelisah menjamu ketermanguan, beginilah cinta kueja dalam kata:
"Lelah akhirnya. Hanya ada lemah yang tersisa. Seterusnya, kata-kata tak berwujud sapa. Aku hanya bisa menerima jika ini memang seharusnya."
Dan beginilah cinta kujamu dalam doa, ketika hati menyapa ruang hampa dan mencari saudaranya:
"Tuhan, temaniku dalam gelisah ini. Itu saja"
Tak pernah ada kata sia-sia untuk sebuah doa. Setitik terang terpendar, di keesokan harinya. Kupagut lagi cinta dalam rona senyum yang menepikan praduga:
"mendekap siang, menimang mimpi, jalani lagi, getar yang sempat mengendus ragu dalam lajunya"

Halaman 53
Dear You,
Rindu kesumat. Merajalela di batas angkuh yang mengunci bibir untuk bertanya tentangmu. Apakah kau mencecap rasa yang sama? Andai saja
Bahkan, dalam pekatnya malam, larik-larik senyumanmu menjelma lukisan terang yang memenuhi bejana kegelisahanku. Bagaimana mungkin aku beranjak pergi?
Sapamu di telepon menjadi kejutan yang tak terduga-duga. Dan sepanjang sisa hari ini, hidupku jadi berjudul "Bahagia"

Well, itu sebagian dari sekian banyak sekali rajutan kalimat-kalimat manis yang dituliskan Moammar Emka di buku yang berjudul Dear You. Benar memang, isi buku itu penuh dengan kalimat yang kita tidak akan pernah tahu, bahwa kita juga mengalami hal yang (hampir) serupa dengan sajak-sajaknya. 

Is It Me? ^_^


Sengaja gua buat gede gambarnya..biar jelas.. ternyata gua bukan orang PD dan hampir tak punya ambisi
Hahahahaha... well it's me anyway :D

Selasa, 15 April 2014

Jenuh (Bosan,Jemu)

Sinonim dari kata bosan, adalah yang menjadi awal mula tulisan ini. 
Jenuh kalau di dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) artinya adalah

 je·nuh a 1 jemu; bosan: mereka sudah -- dng pekerjaan yg selalu sama sepanjang tahun2 Bio padat udara (tt senyawa yg terdiri atas karbon dan hidrogen): hidrokarbon --; 3 kenyang; puas sekali (sehingga menjadi bosan): saya sudah -- dng makanan spt ini4 penuh (sehingga tidak mampu memuat tambahan lagi): cairan itu sudah -- sehingga gula tambahan tidak dapat lagi melarut;


men·je·nuh·kan v menjadikan jenuh; membosankan;

pen·je·nuh·an n proses, cara, perbuatan menjadikan jenuh;
ke·je·nuh·an 1 n kejemuan; 2 n a kepadatan (tt udara); b Fis keadaan yg menggambarkan kenaikan penyebab tanpa menimbulkan kenaikan hasil; 3 akekenyangan


Yang akan saya gunakan arti yang pertama yaitu jemu; bosan. pasti banyak diantara kalian yang menggunakan kata tersebut untuk mengungkapkan segala sesuatu yang menjemukan atau bahka memuakkan bagi kalian. Bagi pelajar kalimat yang sering terlontar adalah "Saya jenuh belajar", "Saya jenuh, materinya itu-itu saja", sedangkan bagi orang yang sedang menjalin hubungan (setengah) serius (read:Pacaran), pasti yang sering kalian dengar adalah kalimat macam ini "Aku dah bosan sama semua ini, monoton. Aku ingin putus", atau mungkin "Kamu itu ngebosenin banget sih" (berasa dialog FTV). kalimat tersebut adalah kalimat negatif yang menggunakan kata jenuh, bosan, jemu (lebih banyak pakai bosan ya hahaha... maaf). 

Kata tersebut mungkin sering digunakan untuk mengekspresikan perasaan yang cenderung marah, atau mungkin dengan segala sesuatunya. Tapi coba perhatikan kalimat gombal yang absurd ini "Aku tak pernah jemu memandang wajah cantikmu".  Hahaha.. bagaimana? indah bukan ? Atau kalimat permohonan maaf yang absurd dan gombal juga macam ini "Aku harap kamu tak pernah bosan dengan perhatian yang selalu aku berikan padamu". 

Seriusan, aku baca kalimat ini jadi pingin ketawa sendiri. Hahaha... oke..sebenarnya saya tidak berniat mengisi blog ini dengan tulisan macam ini, tapi ya sudahlah... untuk menambah ilmu para pembaca saja ^^ dan mengisi waktu luang. Karena saya sendiri tidak pernah bosan untuk menulis. ^^

Rabu, 26 Maret 2014

Someone Said "Life Is The Best Movie Ever"

Ada orang yang berkata atau menulis bahwa hidup itu adalah film yang terbaik. Sebenarnya aku masih tidak mengerti maknanya secara utuh. Mungkin tulisan ini hanya mewakili pikiranku yang melanglang buana entah kemana perginya. 
Hidup adalah film yang terbaik. Ada benarnya juga kan? Mungkin ada beberapa yang menganggap hidup itu ya hidup, buat apa disamakan dengan film. Atau ada sebagian lagi yang mengatakan, film apaan, hidup itu tidak seindah di FTV. Siapa juga yang ngomongin ending. Endingnya hidup ya mati lah... 

Kita mulai membahas dari Sang Sutradara hebat kita, siapa lagi kalau bukan Alloh. DIA adalah Sutradara paling hebat, dengan segala pengarahan setiap umat-Nya memiliki cerita yang jauh lebih indah (jika mau memaknainya) daripada film-film yang ada. Pemilihan tokohpun, DIA tak pernah salah memilih. Selalu tepat sesuai dengan segala sesuatunya. Tidak seperti sutradara yang lain yang mengatur para pemainya secara detail, hanya dengan satu tanda, kode atau "sentilan" para pemain dituntut untuk bisa memainkan peran mereka dengan benar, jika salah para pemain itu harus bisa memperbaiki peran mereka dengan lebih baik. Masih tidak bisa memperbaiki?? DIA akan memberikan satu kesempatan lagi untuk para pemain-Nya.

Penulis Skenario, DIA adalah penulis skenario paling handal di seluruh muka bumi. Jangankan saya yang masih amatir dan buta arah dalam menulis cerita (apalagi skenario), mereka yang dibilang handal pun masih kalah dengan DIA. Skenario yang DIA buat tidak membutuhkan revisi dari pihak manapun. Jika ada yang ingin diubah, ya sudah hanya dalam sekejap mata skenariopun  bisa berubah. Film, pada umumnya skenario akan dirubah beberapa kali jika memang membutuhkan perubahan sebelum akhirnya diperankan secara maksimal. Tapi di film milik-Nya, skenario bisa dirubah-rubah sesuai dengan kehendak-Nya dan si pemain. Kok bisa?? Bisa dong. If you know what I mean, you know it well ^^

Manusia dan sebagian lain dari ciptaan-Nya adalah para pemeran utama dalam film kehidupan ini. DIA sudah menciptakan skenario bagi masing-masing pemeran. Mereka hanya perlu memainkan peran yang sudah ada, perubahan skenario hanya bisa terjadi pada pemeran yang benar-benar dan bersungguh-sungguh agar skenarionya berubah. Bagi yang tidak, ya mainkan saja perannya sesuai dengan skenario yang ada. Film kehidupan ini begitu mudah bukan? atau sulit? tergantung bagaimana para pemeran bisa memaknai skenario dengan baik. Yang jelas akhir bahagialah yang selalu di idamkan para pemeranya. 

Masalah durasi....hanya DIA yang tahu.

Tergantung bagaimana anda menganggap tulisan ini, ada komentar?? Silahkan... seperti yang saya tulis di depan, tulisan ini hanya bagian dari pemikiran saya ^_^
So, how will your film end?

Untitled (2)

Aku tidak tahu harus memberi judul apa pada tulisanku kali ini, dari awal mau menulis sampai selesai masih saja tak ketemu judul yang cocok, ah sudahlah... ini sudah untitled yang keberapa aku juga lupa. Ah sudahlah.... Mari kita memulai... ^_^

Ibu, aku rindu akan dongeng yang kau ceritakan sebelum aku terlelap tidur. Dongeng yang entah mengapa ceritanya mungkin tidak menarik tapi aku senang mendengar suaramu. Bagai lagu nina bobo yang kau nyanyikan saat aku kecil dulu. Sekarang aku sudah besar, dan tidak akan sering lagi tidur di sampingmu untuk mendengar dongengmu.

Ibu, saat ini aku ingin kembali pulang, dan tidur di sampingmu, memelukmu dan menumpahkan semua air mata yang sudah tertahan sejak lama. Ibu, aku sakit. Obatku saat ini hanya memelukmu, merasakan belaian lembut tanganmu.

Ibu, aku tak tahu apakah kau merasakannya atau tidak. Tapi kali ini aku benar-benar sakit bu, sakitnya tak tertahankan. Kali ini sesaknya melebihi asma, perihnya melebihi maag akut, dan tekanan yang mengalir di pembuluh darah mengalahkan tekanan darah tinggi yang di derita oleh nenek. Mungkin kalau dibawa ke dokter, dokterpun tak bisa mendiagnosa penyakit yang kuderita. Ibu, kau pasti tahu apa yang aku derita, tak perlu aku pergi ke dokter jika kau saja sudah mampu menyembuhkanku. 

Ibu, aku tak tahu kapan aku bisa sembuh, berbagai macam cara telah aku coba, tapi tetap saja penyakit ini menjangkitiku. Aku harus bagaimana bu, jawaban yang kau berikan, aku masih tidak bisa mencernanya. entah aku yang terlalu bodoh atau memang jawabanmu yang begitu tersirat. Ibu, aku ingin sembuh aku tak ingin seperti ini terus. Aku takut akan menjadi gila bu...

Ibu, aku sakit, aku ingin sembuh... Tolong aku bu..tolong 

Selasa, 11 Maret 2014

Grow Up !!!

~~~Ini postingan kedua saya di tahun 2014 ini... hahaha..maklum lah sekarang sibuk, jadi ya buat nge-blog aja susah~~~

Langit mendung yang bergelayut menemani perjalanan saya kali ini, matahari tampak malu-malu untuk memancarkan sinarnya. Dengan dandanan ala backpacker, saya memulai perjalanan menjelajah "hati". Aneh kan? menjelajah hati kok gayannya kaya backpacker ^^. Perjalanan saya kali ini bisa dibilang perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan, dan juga membuat otak dan hati saya sering berseteru. Benar-benar melelahkan.

Perjalanan ini awalnya sangat menyenangkan, saya bisa menikmati pemandangan yang begitu indah, sawah hijau yang membentang bak permadani hijau, langit biru yang seolah menjadi payung raksasa bagi makhluk dibawahnya, laut biru dengan suara deburan ombaknya yang sangat khas. Indah...sungguh, matahari juga sepertinya mulai berpihak pada perjalanan saya kali ini. Hingga akhirnya saya tiba pada sebuah persimpangan. Jika aku memilih jalan ke kanan, aku akan menikmati pemandangan yang luar biasa lebih indah namun dengan melewati jalan yang lebih terjal, jika aku mengambil ke kiri, sepanjang jalan akan ada suguhan yang lebih menggoda, namun ujungnya yang terasa biasa saja, dan bosan. 

Awalnya teman saya menyarankan untuk berbelok ke kiri, katanya sepanjang perjalanan saya tidak akan bosan dimanjakan oleh pemandangan yang juga indah. Sedangkan teman saya yang satu lagi mengatakan, walaupun jalan yang satunya itu terjal dan berliku tapi pemandangan yang disuguhkan tak kalah indah. Dan saya bingung...


Saya berpikir sedikit, ah tidak saya berpikir banyak... dengan kondisi fisik seperti ini, mengambil jalan ke kanan akan membuat saya sedikit kewalahan atau terancam tidak bisa melanjutkan perjalanan sampai akhir. Namun, apabila saya mengambil jalan ke kiri, saya tidak akan kewalahan dan bisa melanjutkan perjalanan sampai akhir, hal yang di dapat? Saya hanya tahu bahwa ketahanan tubuh saya memang tidak bisa dimaksimalkan. Kedua teman saya sepertinya sudah jengkel dengan saya, mereka terlalu lama menunggu dan akhirnya meninggalkan saya tepat di tengah-tengah persimpangan. 

Kali ini otak dan hati saya sama sekali tidak bisa di ajak kompromi. Hingga akhirnya aku memutuskan dengan nekat, aku akan memilih jalan ke kanan. Aku tak peduli dengan terjalnya medan atau apapun yang akan terjadi. Kali ini saya hanya menggunakan feeling. Dengan berdoa, saya memantapkan diri saya  untuk melanjutkan perjalanan. Sendiri, kali ini benar-benar sendiri, kalau saya jatuh atau tiba-tiba terkapar di tengah jalan tanpa ada yang menolong saya sudah pasrah. Dan benar saja, saya hampir menyerah, medannya terlalu berat dan berbahaya, namun saya sudah berjalan cukup dan tidak mungkin lagi untuk memutar arah. Saya harus melanjutkan perjalanan sampai akhir, sampai saya mendapatkan tujuan saya. Lelah, sangat lelah...tapi, bukankah ini jalan yang sudah saya pilih?? kalau saya berhenti itu berarti saya tidak konsisten dan setengah-setengah. 

Finally.... saya sampai di akhir perjalanan saya dan woooowwww,,,, saya tidak bisa berkata apa-apa, hanya pujian terhadap Tuhan dan segala ciptaan-Nya. Perjalanan ini membuahkan hasil yang luar biasa indah. Lalu, bagaimana dengan teman saya yang mengambil jalan ke kiri tadi. Dia bahagia, namun sepertinya masih ada yang kurang dari kebahagiaan yang dia dapat. 
Perjalanan ini memberikan saya banyak sekali hal positif, tentang bagaimana kita mengambil sebuah keputusan dan bagaimana kita bisa menghadapi semua konsekuensi dari keputusan yang kita ambil. Terkadang, ah bukan seringkali yang namanya Ragu pasti akan selalu datang menghampiri. Hal inilah yang membuat kita berpikir lebih keras, dan tak jarang Ragu inilah yang membutakan seseorang dalam mengambil sebuah keputusan. Keputusan yang hanya di dasarkan "praktis dan lebih mudah", "buru-buru", "merasa tak sanggup atau tak mampu". 

Waktunya berpikir lebih jauh ke depan. Mencoba untuk mengurangi yang namanya Ragu. Mengambil keputusan yang tepat dan tidak melahirkan penyesalan yang mendalam. Jangan pernah takut menghadapi hal baru, memutar arah hanya akan  membuat kita semakin kecil. ^^
Mungkin itu cerita dari saya, sorry for long post. Berharap sih, cerita ini bisa di interpretasikan secara positif ^^

Minggu, 26 Januari 2014

Tengok Blog Sebelah

Saya senang teman seperjuangan saya sekarang bisa menjadi tenaga pengajar. Sepertinya hal itu sangat menyenangkan. Bercengkrama dengan siswa dan bersosialisasi dengan peenghuni sekolah yang lain. Saya iri. Benar memang kata orang jika "rumput tetangga jauh lebih hijau". Namun, bukankah setidaknya kita juga mencoba berkata "rumput saya bisa jauh lebih hijau daripada kalian". Satu hal yang bisa mengurangi rasa iri dan dengki pada diri kita. 

Menengok blog sebelah milik teman saya. Wahai cantik, saya tahu apa yang kamu rasakan. Setidaknya saya juga merasakan lelah harus "mengarungi hujan dan badai" tiap berangkat mengajar. Saya juga mendambakan yang namanya libur atau setidaknya waktu untuk bersantai, walau mungkin saya memiliki waktu yang lebih dibanding dirimu. Tapi, tahukah kamu, kamu jauh lebih beruntung, itu adalah jalan yang harus kau lampaui. Syukurilah dan nikmatilah pekerjaanmu walau berat. 

Sibuk? Itu bukan alibi wahai cantik, itu adalah rutinitasmu yang harus kamu hadapi. Bukankah kamu juga tak bisa mengelaknya? Justru saya yang iri, kamu punya jam sibuk, sedangkan saya? Hanya sibuk mulai jam 4 sore hingga jam 6, atau terkadang hingga jam setengah 9 malam. Kamu itu yang selalu jadi inspirasiku wahai cantik ^^. Tekunilah apa yang menjadi rutinitasmu sekarang.

Yak, alhasil sore ini saya bisa mengambil sedikit kesimpulan, setelah menengok blog sebelah.
Apapun yang kita lakukan sekarang, adalah hasil dari keputusan yang kita buat. Jangan iri atau menganggap apa yang kita lakukan sekarang sebagai alibi atau alasan. Mau nganggur atau sibuk bekerja, itu adalah konsekuensi yang harus kita jalani. Mau putar balik, tak akan ada gunanya. 
Dan buat kawanku di blog sebelah, tetap semangat ya.. (^^)9