WELCOME TO MY WORLD

Baca, Bayangkan dan Jangan Dihayati Dalam-dalam

Rabu, 26 Maret 2014

Someone Said "Life Is The Best Movie Ever"

Ada orang yang berkata atau menulis bahwa hidup itu adalah film yang terbaik. Sebenarnya aku masih tidak mengerti maknanya secara utuh. Mungkin tulisan ini hanya mewakili pikiranku yang melanglang buana entah kemana perginya. 
Hidup adalah film yang terbaik. Ada benarnya juga kan? Mungkin ada beberapa yang menganggap hidup itu ya hidup, buat apa disamakan dengan film. Atau ada sebagian lagi yang mengatakan, film apaan, hidup itu tidak seindah di FTV. Siapa juga yang ngomongin ending. Endingnya hidup ya mati lah... 

Kita mulai membahas dari Sang Sutradara hebat kita, siapa lagi kalau bukan Alloh. DIA adalah Sutradara paling hebat, dengan segala pengarahan setiap umat-Nya memiliki cerita yang jauh lebih indah (jika mau memaknainya) daripada film-film yang ada. Pemilihan tokohpun, DIA tak pernah salah memilih. Selalu tepat sesuai dengan segala sesuatunya. Tidak seperti sutradara yang lain yang mengatur para pemainya secara detail, hanya dengan satu tanda, kode atau "sentilan" para pemain dituntut untuk bisa memainkan peran mereka dengan benar, jika salah para pemain itu harus bisa memperbaiki peran mereka dengan lebih baik. Masih tidak bisa memperbaiki?? DIA akan memberikan satu kesempatan lagi untuk para pemain-Nya.

Penulis Skenario, DIA adalah penulis skenario paling handal di seluruh muka bumi. Jangankan saya yang masih amatir dan buta arah dalam menulis cerita (apalagi skenario), mereka yang dibilang handal pun masih kalah dengan DIA. Skenario yang DIA buat tidak membutuhkan revisi dari pihak manapun. Jika ada yang ingin diubah, ya sudah hanya dalam sekejap mata skenariopun  bisa berubah. Film, pada umumnya skenario akan dirubah beberapa kali jika memang membutuhkan perubahan sebelum akhirnya diperankan secara maksimal. Tapi di film milik-Nya, skenario bisa dirubah-rubah sesuai dengan kehendak-Nya dan si pemain. Kok bisa?? Bisa dong. If you know what I mean, you know it well ^^

Manusia dan sebagian lain dari ciptaan-Nya adalah para pemeran utama dalam film kehidupan ini. DIA sudah menciptakan skenario bagi masing-masing pemeran. Mereka hanya perlu memainkan peran yang sudah ada, perubahan skenario hanya bisa terjadi pada pemeran yang benar-benar dan bersungguh-sungguh agar skenarionya berubah. Bagi yang tidak, ya mainkan saja perannya sesuai dengan skenario yang ada. Film kehidupan ini begitu mudah bukan? atau sulit? tergantung bagaimana para pemeran bisa memaknai skenario dengan baik. Yang jelas akhir bahagialah yang selalu di idamkan para pemeranya. 

Masalah durasi....hanya DIA yang tahu.

Tergantung bagaimana anda menganggap tulisan ini, ada komentar?? Silahkan... seperti yang saya tulis di depan, tulisan ini hanya bagian dari pemikiran saya ^_^
So, how will your film end?

Untitled (2)

Aku tidak tahu harus memberi judul apa pada tulisanku kali ini, dari awal mau menulis sampai selesai masih saja tak ketemu judul yang cocok, ah sudahlah... ini sudah untitled yang keberapa aku juga lupa. Ah sudahlah.... Mari kita memulai... ^_^

Ibu, aku rindu akan dongeng yang kau ceritakan sebelum aku terlelap tidur. Dongeng yang entah mengapa ceritanya mungkin tidak menarik tapi aku senang mendengar suaramu. Bagai lagu nina bobo yang kau nyanyikan saat aku kecil dulu. Sekarang aku sudah besar, dan tidak akan sering lagi tidur di sampingmu untuk mendengar dongengmu.

Ibu, saat ini aku ingin kembali pulang, dan tidur di sampingmu, memelukmu dan menumpahkan semua air mata yang sudah tertahan sejak lama. Ibu, aku sakit. Obatku saat ini hanya memelukmu, merasakan belaian lembut tanganmu.

Ibu, aku tak tahu apakah kau merasakannya atau tidak. Tapi kali ini aku benar-benar sakit bu, sakitnya tak tertahankan. Kali ini sesaknya melebihi asma, perihnya melebihi maag akut, dan tekanan yang mengalir di pembuluh darah mengalahkan tekanan darah tinggi yang di derita oleh nenek. Mungkin kalau dibawa ke dokter, dokterpun tak bisa mendiagnosa penyakit yang kuderita. Ibu, kau pasti tahu apa yang aku derita, tak perlu aku pergi ke dokter jika kau saja sudah mampu menyembuhkanku. 

Ibu, aku tak tahu kapan aku bisa sembuh, berbagai macam cara telah aku coba, tapi tetap saja penyakit ini menjangkitiku. Aku harus bagaimana bu, jawaban yang kau berikan, aku masih tidak bisa mencernanya. entah aku yang terlalu bodoh atau memang jawabanmu yang begitu tersirat. Ibu, aku ingin sembuh aku tak ingin seperti ini terus. Aku takut akan menjadi gila bu...

Ibu, aku sakit, aku ingin sembuh... Tolong aku bu..tolong 

Selasa, 11 Maret 2014

Grow Up !!!

~~~Ini postingan kedua saya di tahun 2014 ini... hahaha..maklum lah sekarang sibuk, jadi ya buat nge-blog aja susah~~~

Langit mendung yang bergelayut menemani perjalanan saya kali ini, matahari tampak malu-malu untuk memancarkan sinarnya. Dengan dandanan ala backpacker, saya memulai perjalanan menjelajah "hati". Aneh kan? menjelajah hati kok gayannya kaya backpacker ^^. Perjalanan saya kali ini bisa dibilang perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan, dan juga membuat otak dan hati saya sering berseteru. Benar-benar melelahkan.

Perjalanan ini awalnya sangat menyenangkan, saya bisa menikmati pemandangan yang begitu indah, sawah hijau yang membentang bak permadani hijau, langit biru yang seolah menjadi payung raksasa bagi makhluk dibawahnya, laut biru dengan suara deburan ombaknya yang sangat khas. Indah...sungguh, matahari juga sepertinya mulai berpihak pada perjalanan saya kali ini. Hingga akhirnya saya tiba pada sebuah persimpangan. Jika aku memilih jalan ke kanan, aku akan menikmati pemandangan yang luar biasa lebih indah namun dengan melewati jalan yang lebih terjal, jika aku mengambil ke kiri, sepanjang jalan akan ada suguhan yang lebih menggoda, namun ujungnya yang terasa biasa saja, dan bosan. 

Awalnya teman saya menyarankan untuk berbelok ke kiri, katanya sepanjang perjalanan saya tidak akan bosan dimanjakan oleh pemandangan yang juga indah. Sedangkan teman saya yang satu lagi mengatakan, walaupun jalan yang satunya itu terjal dan berliku tapi pemandangan yang disuguhkan tak kalah indah. Dan saya bingung...


Saya berpikir sedikit, ah tidak saya berpikir banyak... dengan kondisi fisik seperti ini, mengambil jalan ke kanan akan membuat saya sedikit kewalahan atau terancam tidak bisa melanjutkan perjalanan sampai akhir. Namun, apabila saya mengambil jalan ke kiri, saya tidak akan kewalahan dan bisa melanjutkan perjalanan sampai akhir, hal yang di dapat? Saya hanya tahu bahwa ketahanan tubuh saya memang tidak bisa dimaksimalkan. Kedua teman saya sepertinya sudah jengkel dengan saya, mereka terlalu lama menunggu dan akhirnya meninggalkan saya tepat di tengah-tengah persimpangan. 

Kali ini otak dan hati saya sama sekali tidak bisa di ajak kompromi. Hingga akhirnya aku memutuskan dengan nekat, aku akan memilih jalan ke kanan. Aku tak peduli dengan terjalnya medan atau apapun yang akan terjadi. Kali ini saya hanya menggunakan feeling. Dengan berdoa, saya memantapkan diri saya  untuk melanjutkan perjalanan. Sendiri, kali ini benar-benar sendiri, kalau saya jatuh atau tiba-tiba terkapar di tengah jalan tanpa ada yang menolong saya sudah pasrah. Dan benar saja, saya hampir menyerah, medannya terlalu berat dan berbahaya, namun saya sudah berjalan cukup dan tidak mungkin lagi untuk memutar arah. Saya harus melanjutkan perjalanan sampai akhir, sampai saya mendapatkan tujuan saya. Lelah, sangat lelah...tapi, bukankah ini jalan yang sudah saya pilih?? kalau saya berhenti itu berarti saya tidak konsisten dan setengah-setengah. 

Finally.... saya sampai di akhir perjalanan saya dan woooowwww,,,, saya tidak bisa berkata apa-apa, hanya pujian terhadap Tuhan dan segala ciptaan-Nya. Perjalanan ini membuahkan hasil yang luar biasa indah. Lalu, bagaimana dengan teman saya yang mengambil jalan ke kiri tadi. Dia bahagia, namun sepertinya masih ada yang kurang dari kebahagiaan yang dia dapat. 
Perjalanan ini memberikan saya banyak sekali hal positif, tentang bagaimana kita mengambil sebuah keputusan dan bagaimana kita bisa menghadapi semua konsekuensi dari keputusan yang kita ambil. Terkadang, ah bukan seringkali yang namanya Ragu pasti akan selalu datang menghampiri. Hal inilah yang membuat kita berpikir lebih keras, dan tak jarang Ragu inilah yang membutakan seseorang dalam mengambil sebuah keputusan. Keputusan yang hanya di dasarkan "praktis dan lebih mudah", "buru-buru", "merasa tak sanggup atau tak mampu". 

Waktunya berpikir lebih jauh ke depan. Mencoba untuk mengurangi yang namanya Ragu. Mengambil keputusan yang tepat dan tidak melahirkan penyesalan yang mendalam. Jangan pernah takut menghadapi hal baru, memutar arah hanya akan  membuat kita semakin kecil. ^^
Mungkin itu cerita dari saya, sorry for long post. Berharap sih, cerita ini bisa di interpretasikan secara positif ^^